Mbak Atik keluar kamar dan kudengar pintu depan ditutup serta suara rel korden yang berderik. Aku meluruskan posisi adik kecilku yang sedikit mengganjal agar nyaman dan tidak terlipat. Berabe kan kalau patah akibat terlipat dan ditindih badanku. Ia kembali dengan membawa handuk kecil, body lotion, piring kecil dan minyak kayu putih. Dicampurnya minyak kayu putih, body lotion dan sedikit cairan lain yang baunya sangat lembut, antara jasmine dan rose.
Ia kemudian mulai mengurut punggungku dengan campuran tadi. Ada rasa hangat minyak kayu putih dan harum mawar melati (semuanya indah!). Setelah itu kemudian tanganku diurut mulai dari lengan sampai jari.
"Berbalik To!" katanya lembut.
Aku berbalik dan segera tangannya mengurut bahu bagian depan dan dadaku. Kini urutannya lebih tepat disebut usapan yang mempermainkan bulu dada, puting dan tentu saja gairahku yang menggelora. Bibirnya tersenyum kecil seolah-olah anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Padahal mainannya masih tertutup celana.
"Hh.." Ia menarik napas dalam dan mneghembuskannya kuat-kuat.
Leher dan tangannya berpeluh setelah memijatku. Disekanya dadaku dengan handuk basah yang sudah disiapkannya. Aku berbalik agar ia bisa mengeringkan punggungku. Setelah mengeringkan punggungku ia berbaring di sampingku. Aku kembali dalam posisi telentang.
"Kini giliranku yang meminta upah," katanya sambil tersenyum lebar.
"Apa upahnya?" pancingku.
"Kamu tadi berkata sawah di kampung kita kekurangan air. Aku ingin kamu mengairi sawahku yang juga sudah lama tidak disiram," katanya manja dan langsung memeluk dan menciumku.
Que sera sera, quo vadis, eureka, ereksi dan seterusnya aku tidak mengerti lagi.
Kupegang kedua bahunya dari belakang dan kupijit perlahan. Ia menggeliat dan mengusapkan pipinya pada lengan kananku. Kuputar badannya sehingga kini kami saling berhadapan. Kupegang kepalanya dan kutengadahkan mukanya ke mukaku.
Ia menjatuhkan kepalanya ke dadaku. Kupegang bahunya dan kutempelkan pipiku ke pipinya. Ia berbisik, "Puaskan aku sekarang. Airi sawahku sampai becek dan berlumpur.."
Kupeluk dia dan ia semakin merapatkan kepalanya di dadaku. Rambutnya yang keriting papan kusingkapkan ke atas. Kucium bulu halus di leher belakangnya.
"Ssh.. kamu pandai membangkitkan gairah," rintih Mbak Atik sambil memejamkan matanya.
Lidahku menerobos ke mulutnya dan menggelitik lidahnya. Mbak Atik membalas ciumanku dengan lembut. Tanganku mulai bekerja di atas dadanya dan kuremas buah dadanya. Kurasakan payudaranya sudah agak kendor. Jariku terus menjalar mulai dari dada, perut, pinggang terus ke bawah hingga pahanya. Mbak Atik makin sering menggeliat. Lidahku beraksi di lubang telinganya dan gigiku menggigit daun telinganya.
Tangannya meremas isi celanaku yang mulai memberontak.
Kusapukan bibirku ke lehernya dan kutarik pelan-pelan ke bawah sambil mencium dan menjilati lehernya yang mulus. Mbak Atik mendongakkan kepala memberikan tempat bagi bibirku. Tangannya memeluk leherku dan ia semakin merepatkan tubuhnya ke dadaku, sehingga dadanya yang masih terbungkus kaus menekan dadaku. Diusap-usapnya dadaku dan kemudian putingku dimainkan dengan jarinya.
Kucium bibirnya dan kini ia membalas dengan lumatan ganas. Kubuka kausnya dan kutarik celana kulotnya dan sekaligus celana dalamnya ke bawah. Kulit yang mulus, lembah yang indah dengan padang rumput yang cukup lebat terlihat di sela pahanya.
"Eehhngng..." Ia mendesah ketika lehernya kujilati.
Mbak Atik berguling dan menindih tubuhku. Tanganku bergerak punggungnya.
"Tik..." pengait bra-nya terbuka.
Kunaikkan cup bra-nya. Kini buah dadanya terbuka di hadapanku. Buah dadanya yang besar namun sudah sedikit kendor menggantung di atasku. Putingnya yang berwarna coklat kemerahan mulai mengeras. Digesek-gesekkannya putingnya di atas dadaku. Perlahan tanganku mengusap bahunya dan sekaligus menurunkan tali bra-nya.
Bibirnya kini semakin lincah menyusuri wajah, bibir dan leherku. Mbak Atik mendorong lidahnya jauh ke dalam rongga mulutku kemudian memainkan lidahku dengan menggelitik dan memilinnya. Mbak Atik menggeserkan tubuhnya ke arah bagian atas tubuhku sehingga payudaranya tepat berada di depan mukaku. Segera kulumat payudaranya dengan mulutku. Putingnya kuisap pelan dan kujilati.
"Aacchh, Ayo Anto.. Lagi.. Teruskan Anto.. Nikmat.. Teruskan"
Kemaluanku semakin mengeras. Kusedot payudaranya sehingga semuanya masuk ke dalam mulutku kuhisap pelan namun dalam, putingnya kujilat dan kumainkan dengan lidahku. Dadanya bergerak kembang kempis dengan cepat detak jantungnya juga meningkat. Napasnya berat dan terputus-putus.
Tangannya menyusup di balik celanaku, kemudian mengelus, meremas dan mengocok kemaluanku dengan lembut. Ia melepas ikat pinggang dan menarik resluiting celanaku. Pantatku kunaikkan dan dengan sekali tarikan, maka celana panjang dan celana dalamku sekaligus sudah terlepas. Kini kami dalam keadaan polos tanpa selembar benang.
Bibirnya mengarah ke leherku, mengecup, menjilatinya kemudian menggigit pundakku. Napasnya dihembuskannya ke dalam lubang telingaku. Kini dia mulai menjilati putingku dan tangannya mengusap bulu dadaku sampai ke pinggangku. Aku semakin terbuai. Kugigit bibir bawahku untuk menahan rangsangan ini. Kupeluk pinggangnya erat-erat.
Tangan kiriku kuarahkan ke celah antara dua pahanya. Jari tengahku masuk sekitar satu ruas jari ke dalam lubang guanya. Kuusap dan kutekan bagian depan dinding vaginanya dan kemudian jariku sudah menemukan sebuah tonjolan daging seperti kacang.
Setiapkali aku memberikan tekanan dan kemudian mengusapnya Mbak Atik mendesis "Huuhh.. Aauhh.. Engngnggnghhk"
Ia melepaskan tanganku dari selangkangannya. Mulutnya bergerak ke bawah, menjilati perutku. Tangannya masih mempermainkan penisku, bibirnya terus menyusuri perut dan pinggangku, semakin ke bawah. Ia memandang sebentar kepala penisku yang mengkilat dan kemudian mengecup batang penisku.
Mbak Atik kembali bergerak ke atas, tangannya masih memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri tegak. Kembali kami berciuman. Buah dadanya kuremas dan putingnya kupilin dengan jariku sehingga dia mendesis perlahan dengan suara yang tidak jelas.
"Sshh.. Sshh.. Ngghh.."
Perlahan lahan kemudian ia menurunkan pantatnya sambil memutar-mutarkannya. Kepala penisku dipegang dengan jemarinya, kemudian digesek-gesekkan di mulut vaginanya. Terasa sudah licin berlendir. Dia mengarahkan kejantananku untuk masuk ke dalam vaginanya. Ketika sudah menyentuh lubang guanya, maka kunaikkan pantatku perlahan.
Mbak Atik merenggangkan kedua pahanya dan pantatnya diturunkan. Kepala penisku sudah mulai menyusup di bibir vaginanya. Kugesek-gesekkan di bibir vaginanya. Mbak Atik merintih dan menekan pantatnya agar penisku segera masuk.
"Ayolah Anto.. Naikkan pantatmu.. Dorong sekarang. Ayo.. Masukkan batangmu.. Pleasse..!!"
Mbak Atik bergerak naik turun dengan perlahan. Vaginanya terasa licin dan agak becek. Kadang gerakan pantatku kubuat naik turun dan memutar. Mbak Atik terus melakukan gerakan memutar pada pinggulnya. Ketika kurasakan lendir yang membasahi vaginanya semakin banyak maka kupercepat gerakanku.
"Anto... Ouhh.. Nikmat.. Oouuhh." desisnya sambil menciumi leherku.
Kakinya menjepit pahaku. Dalam posisi ini gerakan naik turunnya menjadi bebas. Tangannya menekan dadaku. Kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung. Kepalanya terangkat dan tanganku menarik rambutnya kebelakang sehingga kepalanya semakin terangkat. Setelah kujilat dan kukecup lehernya, maka kepalanya turun kembali dan bibirnya mencari-cari bibirku. Kusambut mulutnya dengan satu ciuman yang panas.
Mbak Atik kemudian menggerakkan pantatnya maju mundur sambil menekan ke bawah sehingga penisku tertelan dan bergerak ke arah perutku. Rasanya seperti diurut dengan lembut namun bertenaga. Semakin lama-semakin cepat ia mengerakkan pantatnya. Desiran yang mengalir ke penisku kurasakan semakin cepat.
"Mbak Atik.. Mbak.. Ouuhh"
"Ouhh.. Sshh.. Akhh!"
Desisannyapun semakin sering. Aku tahu bahwa ia akan segera menggapai puncak kenikmatannya. Kini penisku kukeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot yang sudah terlatih oleh senam Kegel. Ia merebahkan tubuhnya ke atas tubuhku, matanya berkejap-kejap dan bola matanya memutih. Giginya menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Akupun merasa tak tahan lagi dan akan segera memuntahkan laharku.
Aku berguling dan kini aku berada di atas. Kupompa vaginanya dengan cepat dan akhirnya beberapa saat kemudian..
"Anto.. Sekarang sayang.. Sekarang.. Hhuuaahh. Aku sampai..!" Ia memekik kecil.
Kutekan pantatku sekuatnya. Dinding vaginanya berdenyut kuat menghisap penisku. Ia menaikkan pinggulnya. Bibirnya menciumiku dengan pagutan-pagutan ganas. Desiran dan tekanan aliran lahar yang sangat kuat memancar lewat lubang kejantananku.
"Mbaakk.. Ouhh.. Aa.. Tikk..!"
Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kutekankan kepalaku di lehernya. Napas yang bergemuruh kemudian disusul napas putus-putus dan setelah tarikan napas panjang aku terkulai lemas di atas tubuhnya.
Bersambung . . .
Ia kemudian mulai mengurut punggungku dengan campuran tadi. Ada rasa hangat minyak kayu putih dan harum mawar melati (semuanya indah!). Setelah itu kemudian tanganku diurut mulai dari lengan sampai jari.
"Berbalik To!" katanya lembut.
Aku berbalik dan segera tangannya mengurut bahu bagian depan dan dadaku. Kini urutannya lebih tepat disebut usapan yang mempermainkan bulu dada, puting dan tentu saja gairahku yang menggelora. Bibirnya tersenyum kecil seolah-olah anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Padahal mainannya masih tertutup celana.
"Hh.." Ia menarik napas dalam dan mneghembuskannya kuat-kuat.
Leher dan tangannya berpeluh setelah memijatku. Disekanya dadaku dengan handuk basah yang sudah disiapkannya. Aku berbalik agar ia bisa mengeringkan punggungku. Setelah mengeringkan punggungku ia berbaring di sampingku. Aku kembali dalam posisi telentang.
"Kini giliranku yang meminta upah," katanya sambil tersenyum lebar.
"Apa upahnya?" pancingku.
"Kamu tadi berkata sawah di kampung kita kekurangan air. Aku ingin kamu mengairi sawahku yang juga sudah lama tidak disiram," katanya manja dan langsung memeluk dan menciumku.
Que sera sera, quo vadis, eureka, ereksi dan seterusnya aku tidak mengerti lagi.
Kupegang kedua bahunya dari belakang dan kupijit perlahan. Ia menggeliat dan mengusapkan pipinya pada lengan kananku. Kuputar badannya sehingga kini kami saling berhadapan. Kupegang kepalanya dan kutengadahkan mukanya ke mukaku.
Ia menjatuhkan kepalanya ke dadaku. Kupegang bahunya dan kutempelkan pipiku ke pipinya. Ia berbisik, "Puaskan aku sekarang. Airi sawahku sampai becek dan berlumpur.."
Kupeluk dia dan ia semakin merapatkan kepalanya di dadaku. Rambutnya yang keriting papan kusingkapkan ke atas. Kucium bulu halus di leher belakangnya.
"Ssh.. kamu pandai membangkitkan gairah," rintih Mbak Atik sambil memejamkan matanya.
Lidahku menerobos ke mulutnya dan menggelitik lidahnya. Mbak Atik membalas ciumanku dengan lembut. Tanganku mulai bekerja di atas dadanya dan kuremas buah dadanya. Kurasakan payudaranya sudah agak kendor. Jariku terus menjalar mulai dari dada, perut, pinggang terus ke bawah hingga pahanya. Mbak Atik makin sering menggeliat. Lidahku beraksi di lubang telinganya dan gigiku menggigit daun telinganya.
Tangannya meremas isi celanaku yang mulai memberontak.
Kusapukan bibirku ke lehernya dan kutarik pelan-pelan ke bawah sambil mencium dan menjilati lehernya yang mulus. Mbak Atik mendongakkan kepala memberikan tempat bagi bibirku. Tangannya memeluk leherku dan ia semakin merepatkan tubuhnya ke dadaku, sehingga dadanya yang masih terbungkus kaus menekan dadaku. Diusap-usapnya dadaku dan kemudian putingku dimainkan dengan jarinya.
Kucium bibirnya dan kini ia membalas dengan lumatan ganas. Kubuka kausnya dan kutarik celana kulotnya dan sekaligus celana dalamnya ke bawah. Kulit yang mulus, lembah yang indah dengan padang rumput yang cukup lebat terlihat di sela pahanya.
"Eehhngng..." Ia mendesah ketika lehernya kujilati.
Mbak Atik berguling dan menindih tubuhku. Tanganku bergerak punggungnya.
"Tik..." pengait bra-nya terbuka.
Kunaikkan cup bra-nya. Kini buah dadanya terbuka di hadapanku. Buah dadanya yang besar namun sudah sedikit kendor menggantung di atasku. Putingnya yang berwarna coklat kemerahan mulai mengeras. Digesek-gesekkannya putingnya di atas dadaku. Perlahan tanganku mengusap bahunya dan sekaligus menurunkan tali bra-nya.
Bibirnya kini semakin lincah menyusuri wajah, bibir dan leherku. Mbak Atik mendorong lidahnya jauh ke dalam rongga mulutku kemudian memainkan lidahku dengan menggelitik dan memilinnya. Mbak Atik menggeserkan tubuhnya ke arah bagian atas tubuhku sehingga payudaranya tepat berada di depan mukaku. Segera kulumat payudaranya dengan mulutku. Putingnya kuisap pelan dan kujilati.
"Aacchh, Ayo Anto.. Lagi.. Teruskan Anto.. Nikmat.. Teruskan"
Kemaluanku semakin mengeras. Kusedot payudaranya sehingga semuanya masuk ke dalam mulutku kuhisap pelan namun dalam, putingnya kujilat dan kumainkan dengan lidahku. Dadanya bergerak kembang kempis dengan cepat detak jantungnya juga meningkat. Napasnya berat dan terputus-putus.
Tangannya menyusup di balik celanaku, kemudian mengelus, meremas dan mengocok kemaluanku dengan lembut. Ia melepas ikat pinggang dan menarik resluiting celanaku. Pantatku kunaikkan dan dengan sekali tarikan, maka celana panjang dan celana dalamku sekaligus sudah terlepas. Kini kami dalam keadaan polos tanpa selembar benang.
Bibirnya mengarah ke leherku, mengecup, menjilatinya kemudian menggigit pundakku. Napasnya dihembuskannya ke dalam lubang telingaku. Kini dia mulai menjilati putingku dan tangannya mengusap bulu dadaku sampai ke pinggangku. Aku semakin terbuai. Kugigit bibir bawahku untuk menahan rangsangan ini. Kupeluk pinggangnya erat-erat.
Tangan kiriku kuarahkan ke celah antara dua pahanya. Jari tengahku masuk sekitar satu ruas jari ke dalam lubang guanya. Kuusap dan kutekan bagian depan dinding vaginanya dan kemudian jariku sudah menemukan sebuah tonjolan daging seperti kacang.
Setiapkali aku memberikan tekanan dan kemudian mengusapnya Mbak Atik mendesis "Huuhh.. Aauhh.. Engngnggnghhk"
Ia melepaskan tanganku dari selangkangannya. Mulutnya bergerak ke bawah, menjilati perutku. Tangannya masih mempermainkan penisku, bibirnya terus menyusuri perut dan pinggangku, semakin ke bawah. Ia memandang sebentar kepala penisku yang mengkilat dan kemudian mengecup batang penisku.
Mbak Atik kembali bergerak ke atas, tangannya masih memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri tegak. Kembali kami berciuman. Buah dadanya kuremas dan putingnya kupilin dengan jariku sehingga dia mendesis perlahan dengan suara yang tidak jelas.
"Sshh.. Sshh.. Ngghh.."
Perlahan lahan kemudian ia menurunkan pantatnya sambil memutar-mutarkannya. Kepala penisku dipegang dengan jemarinya, kemudian digesek-gesekkan di mulut vaginanya. Terasa sudah licin berlendir. Dia mengarahkan kejantananku untuk masuk ke dalam vaginanya. Ketika sudah menyentuh lubang guanya, maka kunaikkan pantatku perlahan.
Mbak Atik merenggangkan kedua pahanya dan pantatnya diturunkan. Kepala penisku sudah mulai menyusup di bibir vaginanya. Kugesek-gesekkan di bibir vaginanya. Mbak Atik merintih dan menekan pantatnya agar penisku segera masuk.
"Ayolah Anto.. Naikkan pantatmu.. Dorong sekarang. Ayo.. Masukkan batangmu.. Pleasse..!!"
Mbak Atik bergerak naik turun dengan perlahan. Vaginanya terasa licin dan agak becek. Kadang gerakan pantatku kubuat naik turun dan memutar. Mbak Atik terus melakukan gerakan memutar pada pinggulnya. Ketika kurasakan lendir yang membasahi vaginanya semakin banyak maka kupercepat gerakanku.
"Anto... Ouhh.. Nikmat.. Oouuhh." desisnya sambil menciumi leherku.
Kakinya menjepit pahaku. Dalam posisi ini gerakan naik turunnya menjadi bebas. Tangannya menekan dadaku. Kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung. Kepalanya terangkat dan tanganku menarik rambutnya kebelakang sehingga kepalanya semakin terangkat. Setelah kujilat dan kukecup lehernya, maka kepalanya turun kembali dan bibirnya mencari-cari bibirku. Kusambut mulutnya dengan satu ciuman yang panas.
Mbak Atik kemudian menggerakkan pantatnya maju mundur sambil menekan ke bawah sehingga penisku tertelan dan bergerak ke arah perutku. Rasanya seperti diurut dengan lembut namun bertenaga. Semakin lama-semakin cepat ia mengerakkan pantatnya. Desiran yang mengalir ke penisku kurasakan semakin cepat.
"Mbak Atik.. Mbak.. Ouuhh"
"Ouhh.. Sshh.. Akhh!"
Desisannyapun semakin sering. Aku tahu bahwa ia akan segera menggapai puncak kenikmatannya. Kini penisku kukeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot yang sudah terlatih oleh senam Kegel. Ia merebahkan tubuhnya ke atas tubuhku, matanya berkejap-kejap dan bola matanya memutih. Giginya menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Akupun merasa tak tahan lagi dan akan segera memuntahkan laharku.
Aku berguling dan kini aku berada di atas. Kupompa vaginanya dengan cepat dan akhirnya beberapa saat kemudian..
"Anto.. Sekarang sayang.. Sekarang.. Hhuuaahh. Aku sampai..!" Ia memekik kecil.
Kutekan pantatku sekuatnya. Dinding vaginanya berdenyut kuat menghisap penisku. Ia menaikkan pinggulnya. Bibirnya menciumiku dengan pagutan-pagutan ganas. Desiran dan tekanan aliran lahar yang sangat kuat memancar lewat lubang kejantananku.
"Mbaakk.. Ouhh.. Aa.. Tikk..!"
Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kutekankan kepalaku di lehernya. Napas yang bergemuruh kemudian disusul napas putus-putus dan setelah tarikan napas panjang aku terkulai lemas di atas tubuhnya.
Bersambung . . .