Disfungsi Seksual Pada Wanita

Ditulis oleh: -
Seks. Sebuah urusan domestik yang dikategorikan sebagai masalah gampang-gampang-susah. Yang jelas, aspek ini tidak dapat disepelekan. Salah penerapan, bisa-bisa impian kebahagiaan berakhir pada keretakan bahtera rumah tangga.
Seperti sebuah tradisi, selepas bulan Ramadhan, banyak orang yang memanfaatkan momentum bulan Syawal untuk melangsungkan pernikahan. Pun, banyak tahap dalam persiapan perencanaan sebuah pernikahan, disamping persiapan mental dan materi, salah satunya yang paling berperan penting adalah sektor biologis dari masing-masing pasangan. Dimana seperti kebanyakan tujuan pernikahan pada umumnya, pengharapan perwujudan kehidupan yang harmonis nan bahagia merupakan nyawa dari sebuah penyatuan dua ego.

Sektor biologis yang meliputi aspek kesehatan dari organ produksi pada tiap pasangan ini pun banyak mengambil posisi peranan penting dalam barometer kebahagiaan sebuah rumah tangga. Dengan kata lain, keharmonisan sebuah hubungan sedikit banyak berorientasi pada kehidupan seksualitas.

Tentunya, dalam pengimplementasiannya sektor seksualitas ini mengalami tidak sedikit hambatan. Walau secara prosentase kasus seksuil yang paling banyak ditemui ke permukaan adalah dari sisi para kaum pria, seperti halnya ejakulasi dini, impotensi-disfungsi ereksi, dekadensi kualitas sperma, penyakit menular pada kelamin, dan lain sebagainya. Namun tidak serta merta tidak melulu masalah seksuil yang krusial tersebut dari para kaum pria.

Dalam prakteknya, tidak sedikit masalah disfungsi seksual terjadi juga pada kaum wanita.

Secara individual, seksualitas dipengaruhi faktor keluarga, sosial, hubungan interpersonal dengan pasangan, keyakinan (agama), dan berubah seiring penambahan usia, status mental, dan pengalaman personal.

Secara medis, seksualitas melibatkan proses yang kompleks, diperlukan kerjasama antara sistem saraf, pembuluh darah, dan hormonal.

Kesulitan seksual tidak hanya dialami oleh laki-laki. Keadaan ini tidak jarang juga ditemukan pada kaum wanita. Studi survey populasi yang dilakukan oleh Fugel-Meyer AR. dan Fugel-Meyer K. menemukan sekitar 30-35% wanita berusia 18-70 tahun mengalami kurangnya dorongan seksual selama 1-12 bulan.

Konsep disfungsi seksual pada wanita masih kontroversial, kebanyakan adalah yang diakibatkan oleh faktor biologis. Lembaga The American Psychological Association (APA) mengklasifikasikan masalah seksual pada wanita sebagai gangguan mental: kehilangan keinginan seksual, ketidaknyamanan saat berhubungan, trauma ketika berhubungan seksual, dan ketidakmampuan mencapai orgasme.

Siklus respon seksual wanita ditandai oleh perubahan fisiologis dan psikologis yang terdiri dari empat tahap: fase excitement, fase plateu, fase orgasm, dan fase resolution.
  • Pada fase excitement atau tahap pertama berawal dapat dipicu dari stimulasi yang berkualitas baik, secara fisik maupun psikologis. Tahap ini terindikasi oleh adanya perubahan emosional dan peningkatan frekuensi detak jantung, frekuensi pernapasan, dan pembengkakan pada vagina disertai lubrikasi akibat peningkatan aliran darah.
  • Apabila stimulasi secara konsisten dilanjutkan, maka akan berlanjut ke tahap kedua yang di indikasikan terjadinya pembengkakan vagina, peningkatan frekuensi detak jantung, dan terdapat tarikan otot yang terus meningkat. Hal lainnya seperti payudara membesar, puting payudara mengeras, dan rahim siap menerima penetrasi, pun kesemua hal tersebut adalah termasuk dalam tahap kedua atau fase plateu ini.
  • Tahap yang ketiga selanjutnya adalah fase orgasm, dimana melibatkan sinkronisasi vagina, anus, dan kontraksi otot perut, kontrol otot involunter menghilang sehingga menghasilkan peningkatkan perasaan kesenangan.
  • Tahap terakhir adalah fase resolusi, dimana pada fase ini melibatkan aliran darah yang mengalir menjauhi vagina, payudara dan puting payudara kembali mengecil, frekuensi detak jantung & frekuensi pernapasan serta volume tekanan darah kembali menurun.
Bagaimana wanita mengalami tahap-tahap tersebut bervariasi; sebagai contoh, ada beberapa wanita yang dapat mencapai tahap orgasme lebih cepat dari normal rata-rata wanita pada umumnya, ada juga beberapa wanita yang melewati fase plateu terlihat datar-datar saja seperti tidak ada reaksi, bahkan terdapat juga beberapa wanita yang memiliki variasi orgasme berulang sebelum mencapai tahap resolusi.

Pada awalnya, wanita bisa saja tidak memiliki keinginan sama sekali untuk melakukan hubungan seksual. Dibutuhkan motivasi meliputi faktor interpersonal dengan pasangan dan faktor psikologis mengenai diri sendiri dan lingkungannya.

Saat seorang wanita bersedia menerima dan menikmati stimulus yang diberikan, dirinya akan menjadi lebih fokus, terlebih bila stimulasi tersebut sesuai dengan keinginannya. Sangat jelas betapa jenis, waktu dan cara stimulasi mempengaruhi keinginan seksual wanita secara bervariasi.

Beberapa responden wanita bahkan mengatakan bahwa keinginan melakukan hubungan seksual juga dapat timbul secara spontan, mengakibatkan antusiasme dalam memberikan ataupun menerima stimulus seksual. Jenis dorongan ini biasanya dipengaruhi oleh siklus menstruasi, berkurang seiring dengan penambahan usia, dan biasanya meningkat saat melakukannya dengan pasangan baru.
Wanita memiliki beberapa alasan untuk menyetujui melakukan hubungan seksual, diantaranya yang memainkan peranan penting yakni meliputi:

Keinginan untuk mengekspresikan cinta.
Untuk menerima dan membagi kesenangan fisik.
Untuk merasa lebih dekat secara emosional, membahagiakan pasangan dan untuk meningkatkan keberadaannya sendiri.
Selanjutnya proses perjalanan stimulus seksual wanita berlanjut pada tahap timbulnya keinginan untuk menerima stimulus secara lebih fokus. Stimulus ini diproses dalam pikiran, dipengaruhi oleh faktor biologis dan psikologis. Sebagai hasilnya, timbul dorongan seksual secara subyektif. Stimulasi yang berkesinambungan menghasilkan dorongan yang lebih besar sehingga mampu memicu timbulnya keinginan untuk melakukan hubungan seks lebih lanjut.

Kepuasan seksual, dengan ataupun tanpa orgasme, dapat tercapai apabila stimulasi diberikan dalam waktu cukup lama dan wanita yang menerimanya dapat tetap fokus pada stimulus tersebut tanpa adanya intervensi yang berarti. Secara tidak langsung, wanita dapat menikmati stimulasi tersebut tanpa efek negatif seperti halnya sensasi rasa sakit. (Modifikasi Basson 2001, dipublikasikan dengan izin American College of Obstetricians and Gynecologists).

Sebelum pembahasan ini menjabarkan lebih jauh, perlu sekiranya untuk mengetahui latarbelakang apa itu definisi dari disfungsi seksual pada wanita.

Definisi konvensional disfungsi seksual acapkali dikaitkan dengan keinginan, pikiran, dan fantasi seksual. Namun setelah diadakan penelaahan lebih mendalam untuk mengkaji secara komprehensif kasus disfungsi seksual pada wanita, definisi tesebut kini telah berkembang.

The American Academy of Family Physician (AAFP) mengklasifikasikan penyebab faktor disfungsi seksual pada wanita menjadi:
Gangguan keinginan, gangguan stimulasi.
Gangguan orgasme.
Dan gangguan nyeri seksual (termasuk di dalamnya rasa nyeri saat melakukan hubungan seksual atau akibat vaginismus.

Baca juga "5 Titik Ciuman Pembangkit Gairah"